...seandainya ibubapamu marah padamu kerana kesilapan yang dilakukan olehmu, maka marahnya ibubapamu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman....

Wednesday, February 17, 2010

RINDU PEMIMPIN BIJAKSANA (BAIK SEBAIK-BAIKNYA)

Kepada warga Malaysia, siapakah sebenarnya telah menjadi ikon pemimpin yang baik. Walau sejujurnya, prestasi individu itu bukan istimewa. Dia hanya menjalankan apa yang seharusnya dilakukan pemimpin bagi rakyatnya, dan menampakkan wajah ramah sebuah kekuasaan. Siapa pun mampu melakukannya, asal mau.

Fenomina seperti Mahatma Gandhi dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi kontekstual kembali waktu kita sedang menghadapi krisis kepemimpinan seperti sekarang. Rakyat dibiarkan mencari jawapan sendiri. Maka lahirlah berbagai macam bentuk perpaduan (solidarity) yang marak kebelakangan ini, seperti Barisan Alternatif bagi Pembangkang dan Barisan Nasional bagi Pemerintah ketika bertarung dan berhambat-hambatan serta Bebas yang coba menangguk di air keruh. Itu semua adalah bukti krisis kepemimpinan memang nyata adanya.

Sememangnya, saya jadi rindu pada pemimpin baik, sebaik-baiknya.
Setiap negeri, daerah, mukim dan kampung (tempat) dan setiap situasi, kepemimpinan memang tidak dapat disamaratakan. Seluruh rakyat harus pandai memilih pemimpinnya sesuai dengan karakteristik dan keperluan daerah tersebut. Sebab itu Rakyat perlu bijak!

Mencari pemimpin yang dapat memenuhi keinginan dan keperluan masyarakat memang tidak mudah. Namun bukan mustahil. Masyarakat telah disogok beberapa calon dengan karakteristik tertentu. Mereka mempamer diri untuk jadi pemimpin di kawasan dun dan parlimen masing-masing. Sekarang tinggal masyarakat memilih mereka, siapa layak untuk dijadikan pemimpin. Tak kisahlah ia dari parti Barisan Nasional, parti Barisan Alternatif atau calon Bebas sekali pun.

Pemimpin yang baik pasti memiliki beberapa kelebihan sebagai faktor pendukung dalam rangka melaksanakan amanah yang menanti. Kenneth Blanchard dalam bukunya Leadership By The Book, menyatakan karakter pemimpin dapat dilihat dari beberapa hal:

Pertama. Hati yang melayani. Pemimpin harus memiliki empati dan simpati kepada orang yang dipimpinnya. Harus dapat memberikan motivasi kepada pengikut yang sedang dalam kesulitan seperti sekarang.

Berupaya mengelola dirinya sendiri, kemudian bergerak keluar untuk mengelola dan melayani rakyatnya. Tujuan utama membangunan masyarakat dan daerahnya, bukan membangun diri dan keluarga serta kroninya. Kepentingan publik lebih utama dibandingkan kepentingan diri dan golongannya.

Mampu mengendalikan dirinya. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadinya. Memiliki ketahanan mental, selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kedua. Kepala yang melayani. Harus memahami seni memimpin dan memiliki pengetahuan tentang kepemimpinan bagi menghasilkan kepemimpinan efektif yang memiliki visi jelas ke mana rakyatnya akan dibawa. Patut mampu menciptakan visi dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan untuk mencapai visi tersebut. juga memiliki kemanpuan untuk merespon keperluan, harapan dan impian rakyat. Selain itu, ia aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan dan tentangan yang dihadapi rakyatnya.

Mampu membuat perencanaan yang dapat mencermin lima puluh peratus keberhasilan dari direncanakan. Di sinilah dituntut kecerdasan Metodologi pelaksanaan perencanaan pembangunan sesuai dengan keperluan masyarakat harus dapat disesuaikan dengan visinya.

Ketiga. Tangan yang melayani. merelakan hidupnya untuk rakyat pimpinnya. Ia akan bekerja 24 jam sehari untuk kepentingan rakyatnya. Kepentingan rakyat lebih diutamakan dari pada kepentingan diri dan golongannya. akan bekerja secara sungguh-sungguh untuk kesejahteraan rakyat. Ia tidak hanya memberikan perintah saja, tetapi langsung terjun ditengah-tengah rakyat guna membantu mereka menyelesaikan seluruh permasalahan yang mereka hadapi.

Karakter melayani dengan hati dapat diibaratkan seperti ulama. Ahli agama mengambil pendekatan hati dalam mengajak umatnya untuk senantiasa patuh dan taat kepada Tuhan-Nya. Karakter kepala yang melayani adalah kaum cendekiawan. menggunakan akal pikirannya dengan untuk menghasilkan sesuatu bermanfaat untuk kepentingan umat manusia. Cendekiawan menggunakan potensi kecerdasannya untuk berbuat dan bekerja bagi kesejahteraan umat manusia. Sedangkan tangan melayani dinisbatkan kepada para profesional. Orang-orang profesional tak kenal lelah untuk bekerja. Mereka bekerja sesuai dengan kemampuannya, dapat membawa kebaikan untuk semua orang.

Jadi pemimpin akan kita pilih nanti harus dapat membuktikan dirinya, bahwa ia memiliki unsur-usur tersebut. dapat menyiapkan hatinya untuk mendengar dan memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya, juga memiliki kecerdasan agar ia mampu merencanakan pembangunan sesuai dengn keperluan rakyatnya, sekaligus memiliki kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan semua perancangan yang telah ditetapkan.

Jarang ditemui orang seperti ini, tetapi di antara sekian banyak rakyat, tentu akan ada yang mahu dan mampu bekerja untuk rakyatnya. Sekarang terserah kita, siapa akan kita pilih. Semua tergantung kita. Mau yang baik ada, yang tidak baik juga ada. Malahan yang suka menjahanamkan bangsanya sendiri juga ada. Tepuk dada tanya hati kita.. siapakah pemimpin bijaksana itu?

No comments: